“Radit!!” panggil Bella membuatku dan seluruh anak perempuan dikelasku ikut menoleh. Lalu Radit berjalan menghampiri Bella, mereka menuju tempat lain jauh dari kelas supaya tidak mengundang perhatian anak- anak dikelasku. “yaah patah hati Jo??”ucap Debby kepada diriku. “hahaha sedikit By, tapi kan banyak temennya..”ucapku tenang. Debby menggelengkan kepala melihat tingkahku barusan. Aku memang tidak bisa berbuat apa-apa karena akupun bukan siapa-siapa bagi Radit. Aku sudah mengenal Radit selama dua tahun dia berasal dari SMP yang sama denganku, tentunya sekelas. Dan entah mengapa sekarang aku masuk SMA dan Kelas yang sama dengan Radit. Mungkin ini yang dinamakan takdir, sama seperti perasaanku kepada Radit yang juga bisa dibilang takdir. Aku memang tidak pernah mengungkapnya kepada Radit, karena bagaimanapun aku tidak ingin pertemananku dengan Radit menjadi renggang. Di tengah lamunanku tiba-tiba saja Radit menghampiriku dengan wajah panik. “Jovita tolong bantuin aku Jo, penting!” Radit berbicara sambil menarik pergelangan tanganku membuatku berlari bersamanya. Radit membawaku ke UKS ternyata tampak Bella tergeletak disana. Aku langsung membuka pintu lemari UKS dan memberikan pertolongan pertama kepada Bella. Tak lama setelah itu Bella mulai sadar, Radit langsung menghampiri Bella. Wajah Radit menunjukan bahwa dia sangat khawatir kepada Bella. Sesungguhnya perasaanku tidak karuan saat itu, mungkin aku merasa cemburu kepada Bella, tetapi lagi- lagi aku tidak punya alasan untuk cemburu kepada Bella, karena aku bukan siapa- siapa bagi Radit.
Aku keluar UKS dengan tubuh linglung, aku bersandar duduk di sebuah bangku panjang yang berada didepan UKS saat itu. Bella memang sangat teramat cantik dan bisa dibilang cocok dengan Radit yang juga tampan. Tiba-tiba Radit berjalan dihadapanku dan duduk disebelahku saat itu. “Jo makasih ya..”ucap Radit sembari menoleh kepadaku. “Iya Dit, itu udah tugasku kok..” jawabku sembari berdiri, “eh aku pergi dulu ya Dit, ada janji sama Debby..” ucapku kemudian lalu terburu- buru meninggalkan Radit. Sebenarnya aku saat itu tidak ada janji dengan Debby, aku hanya tidak ingin perasaanku semakin dalam kepada Radit. aku berjalan ke kelas dengan lunglai dan langsung menghampiri tempat dudukku disebelah Debby karena sudah ada bu Inggrid. “eh ada apa Jo??” tanya Debby. “Bella pingsan..” jawabku singkat. “kenapa pingsan, diputusin sama Radit??”tanya Debby lagi dengan wajah berapi- api. “mana aku tahu.. emang aku dukun..!!”jawabku pada Debby. “hahaha tapi kamu seneng kan ditarik sama Radit??”ucap Debby yang disusul dengan lemparan tutup spidol kearah Debby. “Kalau kalian masih ingin asik dengan dunia kalian, silakan keluar dari kelas ini!!”ucap bu Inggrid dengan lantang. Hal itu membuat aku dan Debby menjadi bahan tontonan dikelas saat itu. Aku dan Debby segera memperhatikan pelajaran bu Inggrid, agar tidak mendapat peringatan kedua dari guru matematika yang terkenal killer tersebut.“Jo, cerita dong ke aku??” ucap Debby sambil merajuk dikantin. “aku ngga tahu By, mereka kan nggak jelas pacaran atau nggak..”ucapku. “oh bener juga ya Jo, abis mereka deket banget sih” ucap Debby lagi. Aku diam sambil meneruskan kesibukanku memotong- motong baso yang ada dimangkok dengan sendok. “eh tapi Radit nggak bilang makasih sama kamu Jo??”tanya Debby lagi. “Dia bilang makasih kok, mukanya bersyukur banget waktu bilang makasih sama aku..” jawabku lagi.
Sebenarnya aku tidak nyaman dengan pembicaraan tentang Radit, rasanya
perasaanku kepada Radit semakin hari semakin mendalam. Bahkan aku sendiri tidak
tahu bagaimana menghapusnya. Raditpun selalu bersikap biasa saja kepadaku, aku
dan Radit sepertinya selamanya hanya akan menjadi teman yang saling mengenal
dan seringkali menjadi tim satu kelompok dalam tugas sekolah karena nama kami
dengan huruf awal yang sama. Jordy Raditya dan Jovita Anatasya, seandainya saja
Radit menyukai diriku, aku membayangkan aku memakai kalung dengan bandul dengan
huruf J. Namun hal itu sepertinya hanya akan selalu ada dalam khayalan-
khayalanku dan tidak akan terjadi dalam kenyataan.
“Jovita
aku boleh minta bantuan kamu ngga??” ucap Radit tiba- tiba duduk dibangku
didepan mejaku, dan melayangkan pandangan kewajahku. “bantu apa??” tanyaku
bingung. Dalam hatiku ada rasa panik saat itu. “nanti sore temenin aku cari
kado Jo, bisa nggak??” ucap Radit membuat jantungku hampir lepas dari
tempatnya. “bi.. bisa Dit..”jawabku seakan terbius oleh pertanyaan Radit. “oke
makasih yaa..”ucap Radit berjalan sambil mengacak- acak rambutku. Aku tidak
habis fikir apa yang barusan dilakukan oleh Radit. Ucapannya membuat hatiku terbang setinggi langit, tapi
jauh dilubuk hatiku aku takut terjatuh akan perasaanku ini. “Radit ngapain
barusan Jo??” tanya Debby kepadaku. “minta tolong By sama aku..”jawabku masih dengan
tampang tidak percaya. “minta tolong apa? Buat tugas puisi?? Apa tugas
gambar??” tanya Debby berapi-api. “bukan By.. temenin cari kado katanya”
jawabku kemudian. Debby memasang tampang bingung kepadaku dan dia tidak
bertanya apa-apa lagi karena mungkin juga bingung. Aku sendiri juga bingung
mengapa Radit mengajakku, bukan teman yang lain. Tapi aku berusaha tidak
berfikir berlebihan, seperti biasa aku takut jika berkhayal terlalu tinggi.
Radit menghampiri mejaku sepulang sekolah, beberapa pasang mata memperhatikanku saat itu. “Ayo Jo, biar nggak kesorean..”ucap Radit lagi. “oh iya Dit..”jawabku sembari berdiri. Aku melambaikan tangan ke arah Debby. “Debby kita duluan yaa..” ucap Radit kearah Debby. “i..iya hati-hati..” ucap Debby. Radit memegang pergelangan tanganku aku berjalan menuju parkiran bersama Radit. Tetapi aku sedikit bingung mengapa Radit bukan berjalan keparkiran motor, melainkan keparkiran mobil. Dan kebingunganku terjawab dengan segera. Radit menghampiri toyota yaris berwarna putih dan membukakan pintu mobil disebelah kiri. “Ayo masuk Jo..” ucap Radit menyadarkan keterkejutanku. “ah iya..”aku hanya menjawab dengan jawaban pendek. Radit terlihat biasa menyetir mobil saat itu, aku tidak menyangka Radit memiliki keadaan ekonomi yang sangatlah baik, karena Radit dikenal dengan kesederhanaannya. “Jo menurut kamu, kalo cewek kayak Bella dikasih kado apa ya??” tanya Radit padaku. “hmm baju aja Dit..”jawabku singkat kepada Radit. hatiku sedikit retak saat Radit menanyakan pertanyaan itu kepadaku.
Radit mengarahkan mobilnya menuju ITC ambassador, dia segera memarkir mobilnya. Aku berjalan dengan Radit saat itu, tentu saja hatiku sangat bahagia, walaupun aku tahu tidak ada apa-apa diantara aku dan Radit. “yang mana nih Jo??” tanya Radit sembari melihat-lihat baju didalam sebuah toko. “hmm semuanya bagus Dit..”ucapku memberi senyum pada Radit. “emangnya Bella suka warna apa dit??” tanyaku kemudian. “aduh aku gatau lagi Jo..”jawab Radit kemudian. “eh Jo kalo kamu suka warna apa??” tanya Radit kemudian. “hmm kalo aku suka warna ungu Dit.. hehe” jawabku pada Radit. Aku mengambil salah satu baju dalam toko tersebut. “ini bagus Dit, Bella pasti suka..” ucapku kemudian. “hmm gitu yaa, yaudah kamu mau cobain deh Jo, kayanya postur kamu hampir sama kayak Bella..”ucap Radit kemudian. “oh iyaudah Dit..” aku melangkah menuju ruang ganti baju, lalu mengenakan pakaian yang tadi aku pilihkan untuk Bella. Ada sedikit perih dalam hatiku kenapa aku harus mencoba pakaian yang akan diberikan kepada orang lain.
Radit
membayar dua pakaian yang salah satunya kucoba untuk mengukur pakaian tersebut.
Aku menunggu di depan toko sambil melihat- lihat keramaian didepan mataku.
Ternyata Radit memang orang yang sangat royal, karena harga pakaian- pakaian
tadi tidaklah murah, aku melihat sendiri di label harganya. Dan harga pakaian-
pakaian tadi bahkan jumlah uang jajanku selama satu bulan. Radit menghampiriku
setelah membayar pakaian yang tadi kupilihkan. “baru jam lima sore nih, Jo kamu
suka masuk ke toko Cindy nggak??” tanya Radit lagi. “hahaha suka sih, emang
kamu mau cari apa Dit??” tanyaku pada Radit. “kamu suka boneka nggak??” tanya
Radit. Saat itu jelas-jelas pertanyaan itu ditujukan kepada diriku. “aku suka
Dit..”jawabku kemudian. Radit menarik tanganku lagi, saat itu hatiku merasa
berdesir.
Setelah
mengitari mall dan membeli segala yang ingin Radit beli, aku dan Radit masuk
kedalam food court dan memilih duduk didepan KFC. Aku menunggu Radit membeli
makanan, aku sedikit bingung dengan Radit dia membeli begitu banyak barang hari
itu. Dan tentunya barang-barang perempuan, apakah semua itu akan diberikan
kepada Bella. Radit datang dengan membawa nampan berisi dua porsi makanan yang
akan kami makan saat itu. “Jo kamu bosen nggak sekelas sama aku??” tanya Radit
membuatku tersedak nasi yang sedang aku telan. Radit terburu- buru memberikan
minum kepada diriku. “hehehe sorry ya Jo bikin kamu kaget..” ucap Radit saat
itu. “nggak kok Dit, kamu kan nggak
jahat jadi aku nggak perlu bosen lah kalo kita sekelas terus..” jawabku
kemudian setelah berhasil menelan makananku. “eh Jo, waktu di SMP kamu jadian
sama Rian ya?”tanya Radit lagi. “oh itu Rian emang nembak aku..”jawabku mencoba
bersikap tenang. “terus kamu terima??” tanya Radit. “engga Dit, dihati aku ada
orang lain, lagian aku nggak boleh pacaran waktu SMP..” ucapku lagi. “siapa
Jo?? Kalo sekarang kamu udah boleh pacaran??” tanya Radit. “hmm ada deh..hehe”
jawabku pada Radit. Radit hanya tertawa mendengar jawabanku barusan. Sebenarnya
aku sedikit malu dengan pertanyaan Radit tadi.
Pukul
tujuh Radit mengantarku sampai depan gang rumahku. “Jo aku anter sampe rumah
boleh nggak??”tanya Radit sebelum aku turun. “jangan Dit,, nanti mamaku
jantungan”ucapku terbata-bata. “hahaha kamu nggak boleh pacaran yaa??” Radit
tertawa mengucapkannya. “hahaha ketawan deh.. belum pernah nyoba sih Dit..”jawabku
seenaknya. Radit mengambil bungkusan plastik dari toko baju yang tadi dia beli.
“Jo ini buat kamu..” ucap Radit kemudian. “loh?? Kan Bella??”tanyaku bingung.
“Bella sukanya boneka tweety, makanya tadi beli tweety di Cindy Jo..” jawab
Radit. “itu hadiah buat kamu, kamu ulang tahun kan besok??” ucap Radit sambil
senyum. “loh kok kamu tau Dit??” tanyaku masih tidak percaya. “aku ngefans kamu
dari SMP, masa iya nggak tau.. haha” jawab Radit. Aku mencoba memasang ekspresi
biasa saja supaya Radit tidak mengetahui perasaanku saat itu. Aku turun dari
mobil dengan wajah bingung dan perasaan yang bercampur aduk saat itu.
Pagi
ini sangat cerah, seperti perasaanku saat itu. Bertambahnya usiaku membuatku
semakin bahagia, aku melangkah di koridor sekolah dengan senyum yang
mengembang. Aku duduk di bangku disebelah Debby. “gimana kencannya Jo??” tanya
Debby kemudian. “ih sembarangan aja By..” jawabku sambil mencubit lengan Debby.
“oh iya, happy birthday ya Jovita” ucap Debby lagi. Teman-teman sekelas mulai
mendatangiku satu- persatu untuk memberi selamat. Tiba- tiba saja ada kejadian
yang mengagetkan dikelas itu. “Jo.. kamu murahan atau gimana sih??” ucap Bella
kepadaku. “ngapain kamu jalan sama cowok yang udah punya pacar??”cerocos Bella
lagi. “Bell, aku nggak maksud begitu kok, itu Radit minta tolong buat..”kata-
kataku terhenti. “Buat apa?? Nggak bisa nerusin karena kamu jelas-jelas
salah..??” tambah Bella lagi. Aku tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini
di hari ulang tahunku. Aku menangis sejadi-jadinya saat itu. Tentunya setelah
Bella meninggalkan kelasku. “Radit kemana lagi nih??” ucap Debby kesal dengan
kejadian ini.
Bella datang lagi kekelasku, menarik pergelangan tanganku, menuju ke tengah lapangan, yang aneh ternyata disana sudah berdiri Radit seakan menanti sesuatu. “ini urus deh masalah kalian..” ucap Bella. Aku dan Radit saat itu dikelilingi teman sekelas kami. “Jo, soal yang semalem aku bilang sama kamu itu beneran Jo..”ucap Radit. “kamu ngomong apa sih Dit??”tanyaku bingung. Mataku masih sembab karena menangis setelah dilabrak Bella. “aku suka sama kamu Jovita.. mau jadi pacar aku??”balas Radit. “kamu gila Dit??”jawabku tidak habis fikir. “kamu nembak aku didepan pacar kamu??” tanyaku pada Radit. Radit tertawa, kulihat raut wajah teman- teman sekelas tampak bingung dengan kejadian itu. “Siapa pacar aku??” tanya Radit lagi. “yaa Bella..”aku menoleh melihat wajah Bella. Tapi anehnya disana tidak ada raut sedih ditinggalkan kekasih. “Jovita.. Bella itu pacarnya kakakku.. kamu tau nggak waktu Bella pingsan, itu karena kakakku kecelakaan.. dan sesuatu yang kita beli semalam itu titipan kakakku..”ucap Radit menjelaskan. Bella tersenyum saat itu, menandakan bawa labrakan tadi hanya akting. “Jovita juga suka kamu dari SMP Dit..” teriak Debby tiba- tiba. “beneran Jo??” tanya Radit menatap wajahku. “hmm, hehehe iya Dit..”jawabku tersipu.
“kamu tau nggak Jo??” tanya Radit
ketika mengantarku pulang dengan mobilnya. “tahu apa maksud kamu Dit??” balasku
kembali bertanya. “sebenernya aku seharusnya nggak berada di SMA ini..”jawab
Radit saat itu. “maksud kamu gimana Dit??” tanyaku bingung. “aku selalu sekelas
sama kamu, itu di manipulasi loh”jawab Radit dengan tampang pede. “jadi kamu
nyuap buat bisa masuk sekolah ini??” tanyaku pada Radit. “aku nggak nyuap kok,
Cuma sedekah doang..”jawab Radit. “aku cuma pengen ngelihat kamu tumbuh dewasa
bersama dengan aku..”ucap Radit saat itu. “hahaha muka kamu aneh Dit..”ucapku
kemudian. Radit adalah bagian indah dalam hidupku sejak saat itu, aku tidak
menyangka hal ini bisa dilakukan oleh seorang Radit yang selalu terlihat
pendiam. Dan dia melakukan hal itu hanya untukku. Jovita Anatasya.
dilarang keras mengcopy karena dosa : )
Komentar
Posting Komentar